Kamis, 12 November 2009

pengaruh negatif televisi terhadap siswa sma n 1 sidareja

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan global dan menyiapkan masa depan bangsa. Demikian dinyatakan oleh Soenardi Dwidjosusatro ketika menyambut Hardinas 2002. Untuk itu perlu kita sadari bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menghadapi tantangan global baik itu dalam bersaing, maupun dalam berprestasi. Salah satu problem nasional yang sampai sekarang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah semakin menurunnya kualitas pendidikan. Secara otomatis tentu berdampak langsung terhadap kemampuan daya saing out put pendidikan kita. Hal demikian menjadi ironis, karena pada satu sisi untuk masuk melenium ke tiga dituntut pribadi-pribadi yang mampu bersaing secara global, siapa yang tidak mampu bersaing akan tersingkir, namun pada sisi lain kualitas pendidikan kita justru mengalami kemunduran. Berkenaan dengan rendahnya mutu pendidikan, para analisis memberikan diagnosis yang berbeda-beda terhadap penyebabnya. Pada era sentralisasi pemerintahan, pemusatan birokrasi pemerintahan sering dianggap sebagai penyebab rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan yang bersifat sentralistik dianggap telah membelenggu kreativitas kelompok akar rumput, dimana segala sesuatu serba ditentukan di atas. Namun, ketika paradigma itu dibalik, hingga kekuasaan menyelenggarakan pendidikan diserahkan kepada pemerintah daerah, bahkan kepada sekolah dalam bentuk manajemen pendidikan berbasis sekolah (MPBS), hal itu justru menimbulkan kebingungan. Banyak pemerintah daerah dan sekolah tidak siap melaksanakan system baru tersebut. Melihat realitas seperti diatas, orang berusaha mencari penyebab lain, diantaranya yaitu pengaruh negatif alat tekhnologi. Namun kali ini kita akan berbicara tentang pengaruh acara-acara ditelevisi dalam tanda kutip pengaruh negatifnya, terhadap prestasi belajar siswa. Penyebab terpengaruhnya prestasi siswa sekolah dasar terhadap acara-acara yang ditayangkan ditelevisi khususnya SD.N 2 Kota Baru, kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, seyogyanya perlu dipahami oleh berbagai pihak, terutama orang tua sebagai orang yang paling dekat terhadap kondisi anak, supaya memberi batasan-batasan untuk anak menonton televisi seperlunya tidak kemudian membiarkan anak menonton televisi menjadi kebiasaan. Kemudian guru juga ikut berperan aktiv dalam permasalahan ini, karena guru merupakan seorang pendidik dan pemimbing siswa untuk ke arah yang lebih baik.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat di identifikasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Menurunnya tingkat prestasi siswa akibat terlalu banyak mengkonsumsi acara-acara di televisi.
2. Terpengaruhnya siswa terhadap adegan-adegan di acara televise.
3. Sedikitnya waktu belajar siswa dari pada menonton televisi dirumah.
4. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak sehingga anak lebih banyak mencari hiburan sendiri.
5. Kurang tepatnya jadwal tayangan televisi untuk anak-anak.
6. Penyebab siswa kebanyakan menkonsumsi acara-acara ditelevisi.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagai mana pengaruh kebanyakan mengkonsumsi acara-acara ditelevisi terhadap tingkat prestasi belajar siswa?
2. Factor-faktor apa saja yang membuat siswa lebih banyak mengkonsumsi acara-acara di televisi, di bandingkan waktu untuk belajar?
3. Bagaimana tanggapan orang tua dan guru terhadap menurunnya prestasi belajar siswa SD.N 2 Kota Baru, akibat dari kebanyakan nonton televisi?

D. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identivikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh acara-acara anak di televisi terhadap tingkat prestasi belajar siswa SD.N 2 Kota Baru, Tanah Pinoh. Kabupaten Melawi. Kalimantan Barat di sekolah.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian dalam penelitian ini mengetahui :
1. Seberapa besar pengaruh acara-acara ditelevisi terhadap tingkat prestasi anak sekolah dasar negri 2 Kota Baru.
2. Faktor-faktor apa saja yang membuat siswa lebih banyak mengkonsumsi acara-acara ditelevisi dibandingkan waktu untuk belajar.
3. Tanggapan orang tua dan guru terhadap menurunnya prestasi belajar siswa SD.N 2 Kota Baru akibat dari kebanyakan nonton televisi.

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi SD.N 2 Kota Baru Dengan hasil penelitian ini diharapkan Sekolah Dasar Negeri 2 Kota Baru harus lebih banyak memberikan bentuk-bentuk sosialisasi atau pemahaman-pemahaman yang memberikan siswa sadar akan hal-hal tersebut dan meningkatkan mutualitas sekolah tersebut.
2. Guru Sebagai bekal dalam mendidik dan membimbing peserta didiknya agar supaya tidak melakukan hal yang merugikan diri sendiri seperti dalam nonton televisi secara berlebihan.
3. Siswa Sebagai bahan pelajaran, masukan, sekaligus renungan untuk dijadikan sebuah pelajaran yang dimana harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak merugikan diri siswa itu sendiri.
4. Bagi Peneliti Sebagai bekal dalam mendidik dan mendalami ilmu dalam mendidik maupun membimbing peserta didik untuk lebih baik kedepannya.

G. FOKUS PENELITIAN

Untuk memberikan arah yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini, maka penelitian ini lebih difokuskan kesebagai berikut :
1. Pengaruh acara-acara ditelevisi terhadap tingkat prestasi anak Sekolah Dasar Negeri 2 Kota Baru.
2. Faktor penyebab siswa lebih banyak mengkonsumsi acara-acara ditelevisi, dibandingkan waktu untuk belajar.
3. Bentuk-bentuk sikap orang tua dan guru terhadap menurunnya tingkat prestasi belajar siswa SD.N 2 Kota Baru akibat dari kebanyakan nonton televise.




BAB II
LANDASAN TEORI HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORI

1. Pengaruh negatif televisi
a. Pengertian Pengaruh negatif pengaruh menurut bahasa indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seorang. Pengaruh menurut Badudu dan Jain (1994, 1031) yaitu pengaruh adalah :
1. daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi
2. sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain
3. tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sedangkan negatif adalah suatu sifat yang melenceng dari sifat yang sebenar nya.
b. Pengertian televisi Dalam bahasa Inggrisnya Televisi ini disebut dengan : Televison. Istilah “Television” berasal dari perkataan Yunani : Tele artinya : far, off, jauh. Ditambah dengan : Vision yang berasal dari bahasa Latin vision, yang artinya to see, melihat. Jadi artinya secara harfiah, melihat jauh. Ini sesuai dengan existensi dari pada siaran TV dari Jakarta, kita bisa lihat di rumah kita di Bandung. Media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektronmagnetik tanpa kawat. (Berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan). Namun arti secara global adalah sebuah alat media informasi audio visual satu arah. c. Pengertian prestasi belajar Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

B. TEMUAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Pengaruh negatif acara di televisi terhadap tingkat prestasi belajar anak
a. Indikasi pengaruh negatif Sulit untuk dipisahkan apakah karena kondisi keluarga atau lingkungan sebaya dan pergaulan. Namun sebaiknya para orang tua perlu meng-antisipasi beberapa indikasi negatif berikut ini:
(1) Apabila acara TV telah menyedot perhatian anak pada jam-jam efektif belajar. Berdasarkan survey bahwa anak-anak usia sekolah dasar perkotaan menghabiskan waktunya 43% untuk menonton acara TV pada jam-jam belajar. Mereka menjadi sasaran produser film dan iklan-iklan consumer good.
(2) Anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah dan mengalih-kan pada kegiatan non-belajar, seperti: jalan-jalan ke mall, play station, dan tempat nongkrong lain. Berdasarkan penelitian Deteksi Jawapos (Maret 2005) bahwa anak-anak SD sekarang ini mengalami penurunan greget belajar karena memperoleh alternatif mengalihkan perhatian pada (acara TV, hiburan luar ruang, dan jalan-jalan).
(3) Anak-anak merasa kesulitan menghafal atau mengerjakan PR secara terus menerus tetapi merasa ketagihan untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencerdasan diri. Berdasarkan pengamatan Prof. Kusdwiratri (Desember, 2004) menurunnya minat intelektual disertai tidak berminatnya pada kegiatan lain yang mencerdaskan anak bukti berhasilnya sistem hiburan secara massal terhadap anak-anak Indonesia dan dunia belajar anak yang gagal. Perlu diwaspadai jangan sampai pengaruhnya berlangsung permanen.
b. TIPS Kurangi Kebiasaan Anak Menonton TV Televisi, harus diakui, kini menjadi sahabat terdekat anak-anak. Ibu-ibu merasa lebih nyaman melihat anaknya duduk manis di depan televisi daripada berkeliaran bermain layangan. Padahal, bermain layangan lebih baik untuk sosialisasi jiwa anak, daripada di depan teve, yang sangat berbahaya bagi perkembangan fisik dan mental si anak. Menonton televisi sudah menjadi keseharian sebagian masyarakat. Murah meriah. Stasiun televisi berlomba menawarkan berbagai program acara yang menarik, terutama acara hiburan. Semuanya menarik, sehingga acap membingungkan pemirsa. Belum lagi nanti jika stasiun televisi baru merambah secara nasional. Perlahan, televisi menjadi candu. Kita tak bisa lepas dari televisi. Sebagian orang malah menghabiskan waktunya di depan layar kaca. Bukan hanya orangtua, tapi juga anak-anak. Ini mungkin tak disadari orangtua, meski peringatan acara untuk dewasa terpampang di layar kaca. Banyak penelitian membuktikan bahwa televisi mempunyai pengaruh yang buruk terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Efeknya bisa pada prestasi di sekolah, karena kurang kosentrasi, tak punya waktu untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah, dan bermain. Menonton televisi juga berkaitan dengan depresi, kecemasan, dan perilaku kriminal serta obesitas alias kegemukan. Ini bisa dimaklumi, karena film-film televisi lebih banyak menonjolkan segi kekerasan yang mempengaruhi kejiwaan anak-anak. Para bocah pun cenderung gemuk, karena mereka suka ngemil sewaktu menonton layar kaca. Bagaimana mengurangi dampak negatif dari menonton teve bagi anak Anda? Berikut tipsnya. Terapkan batasan. Kebiasaan anak menonton teve berhubungan dengan tingkatan pengawasan orangtua. Ini berkaitan dengan apakah orangtua menetapkan dan menjalankan peraturan pembatasan nonton teve. Sudah Anda melakukan? Jika belum, mulailah mengikutsertakan anak dalam membuat batasan. Tetapkan apa, kapan, dan seberapa banyak acara televisi yang ditonton. Memberi batasan akan mengajarkan pada anak bahwa mereka harus memilih acara yang paling didigemari, menghargai waktu dan pilihan, serta menjaga keseimbangan kebutuhan mereka. Tujuan lainnya agar anak menjadikan kegiatan menonton televisi hanya sebagai pilihan, bukan kebiasaan. Ia menonton hanya bila perlu. Berapa jam? Menurut Jane Murphy dan Karen Tucker, produser acara televisi anak-anak dan penulis, sebaiknya tak lebih dari dua jam sehari, ini termasuk main komputer dan video game. Untuk anak yang belum bersekolah atau sering ditinggal orang tuanya di rumah, porsinya mungkin bisa sedikit lebih banyak. Ikatan dokter Anak AS (American Academy of Pediatrics) sendiri menyarankan, anak usia 2 tahun dilarang menonton teve, dan anak usia prasekolah sebaiknya menonton kurang dari 2 jam. Beri contoh. Agar sasaran tercapai, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sayangnya, unsur pengawasan ini yang sering jadi titik lemah orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sehari-hari di kantor. Carilah cara agar anak tak menonton televisi ketika Anda belum pulang ke rumah. Misalnya, memasukkan televisi ke kamar Anda yang terkunci. Bisa pula, meminta pembantu atau orang terdekat yang berada di dalam rumah untuk mengawasi. Memang, ini perlu kecerewetan orangtua. Tak apa-apa kan cerewet, demi kebaikan anak-anak. Anak yang sudah bersekolah harus dibatasi. Misalnya, hanya boleh menonton setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Peran orangtua tak bisa diabaikan. Sikap orangtua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anak. Maka sebaiknya orangtua lebih dulu membuat batasan pada dirinya sebelum menentukan batasan bagi anak-anaknya. Biasanya, di kala lelah atau bosan dengan kegiatan rumah, orangtua suka menonton televisi. Tetapi kalau itu tak dilakukan dengan rutin, artinya Anda bisa melakukan kegiatan lain kalau sedang jenuh, anak akan tahu ada banyak cara beraktivitas selain menonton televisi. (CN02)

C. KERANGKA BERFIKIR/KERANGKA KONSEPTUAL

Tayangan televisi ibarat menu yang dilahap setiap hari, sejak pagi hingga tengah malam. Konsumen menu tersebut juga merambah semua umur seiring dengan semakin beragamnya acara televisi yang disajikan. Bahkan anak-anak sudah begitu keranjingan dengan menu tayangan televisi, terutama untuk film-film kartun yang kini semua stasiun televisi mempunyai film kartun unggulan. Demikian juga bagi remaja putri dan ibu-ibu rumah tangga yang begitu antusias dengan tayangan sinetron. Hanya saja kualitas dari tayangan inilah yang perlu mendapat perhatian dari pihak-pihak berwenang. Dengan permasalahan ini, untuk mengantisipasi agar anak tidak terjebak dengan pengaruh negatif oleh acara-acara di televisi, maka dalam hal ini orang tua dan gurulah yang mempunyai peran yang sangat mencolok dalam mengatasi permasalahan ini dengan memberi perhatian, pendekatan terhadap siswa, dan memberi pengawasan, kontrol yang ketat demi perkembangan anak untuk lebih baik kedepannya.

D. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah : Apakah pengaruh negatif dari acara-acara dilevisi akan berdampak menurunnya tingkat prestasi siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Kota Baru, kecamatan Tanah Pinoh, kabupaten Melawi. Kalimantan Barat.?




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



A. PENDEKATAN PENELITIAN

Studi eksperimen yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut ( Kemmis dan Taggart, 1998 : 5-6 ). Penelitian tindakan adalah interversi skala kecil terhadap tindakan didunia nyata dan pemeriksaan secara cermat pada pengaruh terhadap intervensi tersebut ( Kohen dan Manion, 1980 : 174 ). Menurut Grundy dan Kemmis, 1982 : 84 tujuan dari penelitian tindakan yaitu peningkatan praktik, peningkatan ( atau pengembangan profesional ) pemahaman praktis oleh praktisnya, peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik. Dengan mengetahui di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian tindakan dapat dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya, dan penelitian terjadi di dalam situasi yang nyata yang pemecahan masalahannya diperlukan, dan yang hasil-hasilnya diterapkan atau dipraktikan. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan karena akan meneliti pengaruh negative acara-acara ditelevisi terhadap tingkat kemaun siswa belajar dan prestasi siswa disekolah. Dengan penelitian tersebut hasilnya dapat digunakan guru dan orang tua, atau orang lain yang membutuhkannya untuk meningkatkan perhatian orang lain.

B. SUBYEK PENELITIAN

Untuk dapat memahami permasalahan yang diteliti sehingga lebih mendalam danmendetail, maka subyek penelitian sudah dapat ditentukan sebelumnya. Untuk menentukan subyek penelitian ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Menetapkan kriteria subyek peneltian sebagai berikut :
a. Merupakan siswa SD.N 2 Kota Baru, kecamatan Tanah Pinoh. Melawi. Kalimantan Barat.
b. Merupakan siswa kelas tinggi SD.N 2 Kota Baru, kecamatan Tanah Pinoh. Melawi. Kalimantan Barat.
c. Siswa yang bermasalah dengan tingkat prestasi yang rendah dikelas tinggi SD.N 2 Kota Baru, kecamatan Tanah Pinoh. Melawi. Kalimantan Barat.
d. Siswa yang memiliki hobi nonton televisi di SD.N 2 Kota Baru, kecamatan Tanah Pinoh. Melawi. Kalimantan Barat.
2. Menetapkan Informan Ada pun informan yang di jadikan sebagai sumber data ialah :
a. Wali kelas atau guru kelas.
b. Siswa yang bermasalah dengan prestasi yang rendah dan memiliki hobi nonton televisi.
c. Kepala sekolah.
d. Orang tua.
e. Keluarga dekat.

C. SETTING PENELITIAN

Agar dapat di peroleh data yang diharapkan sesuai dengan penelitian tentang pengaruh negative acara ditelevisi terhadap tingkat prestasi anak SD.N 2 Kota Baru, kecamatan Tanah Pinoh. Melawi. Kalimantan Barat, maka perlu ditetapkan setting penelitian. Adapun setting dalam penelitian ini adalah :
1. Lingkungan kelas Dilingkungan kelas ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk prilaku siswa yang di akibatkan kebanyakan nonton ditelevisi dirumah dan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang mempunyai hobi nonton televisi dalam suatu pelajaran dibandingkan dengan siswa yang suka nonton televisi tetapi hanya nonton seperlunya saja.
2. Lingkungan rumah Di lingkungan rumah ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat siswa malas belajar dan lebih menyukai nonton televisi sekaligus untuk mengetahui tanggapan orang tua terhadap subyek.

D. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian ( Tatang M Tamirin, 1995 : 30 ). Data yang dikumpulkan dalam penelitian harus relevan dengan apa yang menjadi obyek penelitian. Agar diperoleh data yang benar-benar relevan perlu ada metode yang tepat untuk mengungkapnya. Sutrisno Hadi membedakan metode pengumpulan data menjadi tiga macam, yakni observasi, kuisioner, dan interview ( 1994 : 30 ). Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode observasi dan metode wawancara.
1. Metode Obsevasi Metode ini merupakan kegiatan pemusatan terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh paca indra ( Suharsimi Arikunto : 1996 ). Menurut Cuba dan Lincoln yang dikutip oleh Lexy J Moloeng ( 1991 : 125 – 126 ) pengamatan observasi ini sangat diperlukan, sebab :
a. Pengamatan adalah pengalaman secara langsung dan merupakan alat ampuh unutuk mengetes suatu kebenaran.
b. Pengamatan bearti memilih dan mengamati sendiri dan pengamatan dapat mencatat perilaku serta kejadian sebagaimana yang telah terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data di lapangan.
d. Dengan pengamatan dapat mengecek data.
e. Pengamatan mampu mengamati situasi yang rumit dan prilaku yang kompleks.
f. Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat, dimana tehnik komunikasi yang lain tidak memungkinkan. Peneliti ini menggunakan observasi partisipan artinya dalam pengamatan ini peneliti tidak hanya menjadi pengamatan yang positif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiawa yang akan di teliti. Peneliti sebagai partisipan turut dalam arus dinamika dalam perkembangan situasi dan sebagai peninjau, dia berdiri di luar dinamika dan perkembangan itu ( Sutrisno Hadi, 1984 : 10 ). Tehnik observasi partisipan digunakan dengan tujuan melakukan pengamatan secermat-cermatnya mengenai situasi sosial dan konteks dimana kegiatan itu terjadi. Metode ini digunakan untuk pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti yaitu mengamati prilaku siswa yang bermasalah dengan prestasi yang rendah dan memiliki hobi nonton televisi.
2. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara garis besar Suharsimi Airkunto ( 1993 : 197 ) membagi pedoman wawancara menjadi tiga yaitu : pedoman wawancara tidak terstruktur, terstruktur, dan semi struktur. Penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur, yaitu mula-mula interview menanyakan srentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dalam hal ini peneliti mula-mula menanyakan serentetan pertanyaan dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah disiapkan, setelah itu untuk memperdalam maka peneliti menanyakan hal-hal lebih lanjut yang berkaitan dengan subjek.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument penelitian adalah alat atau pasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah di olah ( Suharsimi Airkunto, 1998 : 151 ). Penelitan ini menggunakan instrument penelitian berupa pedoman wawancara dan ceklis Peneliti menggunakan pedoman wawancara yaitu peneliti membawa pedoman yang hanya memuat garis besar tentang hal-hal yang berhubungan dengan subyek atau yang berhubungan dengan prilaku subyek. Peneliti menggunakan ceklis yaitu peneliti tinggal memberikan tanda pada setiap gejala atau permasalahan yang muncul. Ceklis digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari pengamatan atau observasi terhadap prilaku subyek terutama subyek pada waktu kegiatan belajar mengajar dikelas dan di waktu siswa nonton televisi dirumah.

F. TEKNIK KEABSAHAN DATA

Keabsahan data dari sebuah peneltian sangat penting artinya karena keabsahan data merupakan salah satu langkah awal kebenaran dari analisis data. Dalam penelitian ini keabsahan data dilakukan cara-cara sebagai berikut :
1. Memperpanjang observasi waktu pengamatan subyek. Memperpanjang masa observasi bertujuan agar peneliti benar-benar memahami obyek dan fokus penelitian.
2. Pengamatan yang terus menerus. Dengan pengamatan secara kontinew peneliti dapat memperhatikan perilaku subyek secara lebih cermat, terinci dan mendalam.
3. Melakukan trianggulasi, yaitu dengan mengadakan :
a. Cek-ricek, dalam hal ini dilakukan pengulangan kembali mengenai informasi yang diperoleh melalui metode observasi dan wawancara.
b. Cross checking, dalam hal ini dilakukan checking antara metode wawancara dengan metode observasi.

G.TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara induktif. Noeng Muhadjir (1992) mengatakan bahwa yang dimaksud analisa induktif adalah mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit kemudian dilanjutkan denngan kategorisasi. Unit adalah bagian terkecil dari sesuatu yang berdiri sendiri. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermakna yang telah dipilih serta disusun dalam satu kesatuan tersebut difokuskan/ditonjolkan pada hal-hal yang penting sehingga dapat memberikan gambaran yang tajam tentang hasil observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini kegiatan analisis dilakukan dengan cara mengelompokan data yang diperoleh dari orang tua dan keluarga dekat, guru kelas, wali kelas, dan teman-temannya kemudian dilanjutkan dengan interpretasi dari jawaban-jawaban atas data yang diperoleh.

1 komentar: